BELAJAR BERNALAR DARI HOAX AKM 2020

Pelaksanaan gladi bersih (Simulasi 2) UNBK 2020 untuk jenjang SMK dan SMA sudah berlalu, sedangkan untuk jenjang SMP masih akan berlangsung pada awal bulan Maret 2020, selanjutnya tinggal menunggu hari H pelaksanaan UNBK nya saja. Namun yang menarik dari pelaksanaan gladi bersih UNBK  kemarin adalah adanya UJI COBA AKM kepada siswa dan guru dengan tujuan agar siswa yang duduk dijenjang akhir serta guru dapat "mencicipi" BENTUK Soal AKM itu seperti apa, dengan harapan guru dapat menemukan formulasi untuk mengemas pembelajaran kedepannya seperti apa agar siswa memiliki kompetensi dan kecakapan abad 21. Pembahasanlengkap DISINI dan DISINI.

Namun kali ini kami tidak akan membahas tentang Teknis dan Bentuk Soal AKM nya, namun akan sedikit mengulik mengenai gonjang ganjing dibelakang layar pelaksanaan AKM itu sendiri. Saat pelaksanaan AKM kemarin baik sebelum pelaksanaan maupun setelah selesai pelaksanaan, guru-guru di hebohkan dengan nilai Skor yang diperoleh guru 0,1,2,4. Sekalik lagi tujuan guru mencoba AKM adalah hanya untuk menjajal bentuk soalnya saja, disisi lain memang soalnya memang belum dikoreksi, terlebih essai dan uraiannya (meskipun ada skema menggunakan keyword) namun tetap blum valid, dan terlebih semua soal yg diterima guru dan siswa sama.

Saat menjelang pelaksanaan gladi bersih kemarin, beredar sebuah surat dari lembaga negara yakni Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang tugas utamanya adalah :
  1. Mengembangkan Standar Nasional Pendidikan
  2. Menyelenggarakan Ujian Nasional
  3. Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dan pemerintah daerah dalam penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan
  4. Merumuskan kriteria kelulusan pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah
  5. Menilai kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikaan buku teks pelajaran

Isi surat tersebut seperti tampak terlampir berikut ini :
Cukup banyak juga guru yang panik dan bereaksi dengan isi surat tersebut, terlebih yang mengeluarkan adalah sebuah lembaga resmi lengkap dengan stempel dan tandatangannya. Berbagai reaksi tersebut sempat kami liat diberbagai group media sosial guru. Benar-benar surat tersebut berhasil meresahkan guru-guru. Termasuk kami juga menerima banyak inbox dari beberapa guru diseluruh penjuru tanah air menanyakan mengenai kebenaran surat tersebut.

Ya, sebagian guru sudah benar dengan melakukan konfirmasi dan klarifikasi dari berbagai sumber-sumber yang mereka kenal, meskipun tidak sedikit juga yang cuek, dan hanya sekedar membaca dan tau bahwa ada surat seperti itu. Dan ada juga yang menyebarkan surat tersbut dengan tujuan orang lain mengetahui bahwa ada surat seperti itu, terlepas dari kebenarannya. Guru yang semacam ini dalam menyikapi berita jika boleh kami kategorikan dalam taxonomi Bloom-Anderson masih berada di C3 atau kebawah.

Ada pula guru yang langsung melihat isi surat tersebut dan menganalisis yang kasat mata, seperti jenis huruf (font) serta ketajaman warna tulisan yang berbeda. Adapula guru yang mencoba melihat lebih jauh dengan melakukan perbandingan dengan surat sejenis. Dan ada pula yang coba googling dan mencari nomor surat tersebut pada laman pencari apakah nomor surat tersebut digunakan oleh surat lainnya? Ada pula yang lebih jeli dengan melihat dan mengevaluasi Tupoksi dari BSNP dihubungkan dengan  isi dari surat edaran tersebut hingga mencermati kata demi kata yang ada pada surat untuk level nasional namun menggunakan istilah-istilah yang hanya berlaku dibeberapa daerah seperti kata "Disdikpora" bahkan ada yg sampai melihat meta data dari file yang beredar tersebut. Ya, guru-guru semacam ini tentunya boleh dikategorikan, masuk dalam guru pada tingkat C4 dan C5.

Lalu, ada juga guru yang berinisiatif membuat klarifikasi dan penjelasan berupa edaran yang membuktikan bahwa surat tersebut PALSU alias HOAX seperti tampak pada gambar berikut, kalau boleh juga bisa kita kelompokkan dalam kategori C6. Dan andai pembuat surat palsu tersebut adalah seorang Guru juga, maka diapun masuk dalam kategori C6 ini, ya kemampuan untuk MENGKREASI/MENCIPTA.


Sebenarnya yang ingin kami sampaikan bahwa, disinilah sebenarnya critical thinking dan problem solving itu diuji, apakah sudah mendarah daging dan menjadi habit, atau masih sebatas teori. Ya, begitupulalah yang terjadi pada peserta didik kita. Jika mereka terbiasa (habit) dengan critical thinking, problem solving (A1-A7 dan B1-B5) atau Framework Kecakapan Abad 21 maka sebagai guru barulah kita bisa dikatakan sukses untuk bisa mengantarkan mereka untuk bisa hidup dizamannya. Jadi sekali lagi KD (mapel) hanyalah tools untuk menghantarkan peserta didik kita dalam memperoleh kecakapan Abad 21.

Sama halnya ketika ada sebuah postingan panjang, kita pada umumnya lebih senang dan merasa cukup dengan hanya mengetahui dan membaca judulnya saja atau cukup beberapa paragraf pertama saja, jika demikian artinya memang tingkat literasi kita dalam hal membaca memang masih kurang. Coba kita mengaca pada diri sendiri, saat uji coba AKM kemarin, tatkala disajikan soal dengan narasi dan stimulus yang panjang, apakah anda merasa tertantang untuk membaca keseluruhan atau malah malas untuk melanjutkan membacanya...? (Walaupun memang ada trik membaca cepat dengan melihat soal dan membaca awal, tengah dan akhir paragraf)

Mohon maaf, ini hanya sebatas tulisan untuk bahan diskusi lebih lanjut. Tanpa bermaksud menghakimi, dan tidak juga untuk memuji.

Related

viral 4216070326069929809

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow us !

Trending

Terbaru

Komentar

item