MANUVER MANDIKBUD MENGATASI KENDALA AKSES SAAT BDR DIMASA PANDEMI
https://www.hipper.or.id/2020/06/manuver-mandikbud-mengatasi-kendala.html
Samarinda - Saat ini sudah lebih dari 3 bulan proses Belajar Dari Rumah (BDR) dilangsungkan dengan berbagai kendala dan permasalahan yang dihadapi karena memang kita belum pernah menghadapi kondisi semacam ini sebelumnya terlebih dalam konteks nasional. Berbagai forum diskusi dilangsungkan di warung-warung kopi, organisasi kemasyarakatan, di kampus-kampus bahkan hingga di kalangan para pemangku kepentingan.
Secara kasat mata nampak jelas terlihat bagaimana tertatih dan terseok-seoknya para pelaku pendidikan di semua lini dan tingkatan untuk membelajarkan peserta didik ditengah pandemi yang tak kunjung mereda ini. Dalam siaran Pers sebelumnya (SIPRES Nomor 137/SIPRES/A6/Vi/2020) dinyatakan bahwa ZONA Hijau itu kurang dari 10% (6%). Artinya sangat sedikit sekali yang akan melakukan pembelajaran tatap muka. Hal ini diperkuat oleh hasil evaluasi BDR yang dilakukan dan telah dirilis berbagai organisasi maupun dari internal Kemdibud seperti dari GTK, Direktorat SMK dan Direktorat SMA.
Atas dasar hasil evaluasi tersebut maka Mandikbud akan mengambil kebijakan strategis untuk mengatasi kendala-kendala BDR tersebut mengingat banyak yang masih berada di zona kuning dan merah, yang berarti BDR dan PJJ masih akan berlangsung untuk beberapa waktu kedepan.
Mandikbud menyatakan bahwa kebijakan strategis yang pertama akan dilakukan adalah berkolaborasi dengan kementerian BUMN, Kominfo, KDT dan kementerian terkait lainnya sehubungan dengan program nasional TOL PENDIDIKAN yang akan segera diluncurkan.
Dalam landscape Tol Pendidikan tersebut salah satunya bahwa Kementerian Pendidikan akan memiliki Provider Telekomunikasi sendiri untuk menghadapi pandemi semacam ini ketika terjadi kembali di masa-masa yang akan datang. Ini adalah program jangka menengah kita. Provider ini akan berada dibawah Kemendikbud dengan supervisi dan pengelolaan di kementerian BUMN, sebagai bentuk comunity development BUMN-BUMN yang ada dalam bidang pendidikan.
Provider yang akan diberinama DIKBUDSATINDO (DIKSAT) ini tidak akan menjadi kompetitor provider-provider telekomunikasi yang ada saat ini. DIKSAT ini sifatnya bukan komersial melainkan educational dan sosial. Dan hanya bisa diakses pada jaringan yang saling terhubung.
DIKSAT ini akan menghubungkan seluruh sekolah-sekolah yang ada di Indonesia bahkan termasuk perguruan-perguruan tinggi yang ada untuk saling terkoneksi dalam sebuah jaringan nasional. Dengan demikian hal ini dapat mengatasi permasalahan akses jaringan untuk masa depan, bahkan dapat menekan biaya operasional pendidikan terlebih ketika harus dilangsungkan secara daring seperti pandemi saat ini.
Untuk tahap awal, konten yang ada pada jaringan DIKSAT ini akan menggunakan model Learning Management System (LMS) yang disediakan oleh direktorat/lembaga/badan yang ada dikementerian pendidikan dan kebudayaan. Selanjutnya semua sekolah dan perguruan tinggi akan membentuk LMS nya masing-masing sebagai sebuah BIG DATA direktori pendidikan dan pembelajaran yang dapat diakses peserta didik dan mahasiswa dimanapun dan kapanpun secara GRATIS.
Secara teknis, untuk tahap awal ini (jangka pendek), kita akan menggunakan jaringan-jaringan yang sudah ada dengan "menumpang" pada tower-tower provider tersebut (khsusunya yang BUMN) serta menggunakan jaringan-jaringan TOL LANGIT yang dimiliki KOMINFO.
Kedepannya DIKSAT ini akan memiliki tower-tower sendiri yang akan memanfaatkan Tekniologi 5G dan akan membetang dari Sabang hingga Meraoke, dan dari Miangas hingga pulau Rote. Mengenai kendala teknis dan perizinan pelepasan kanal untuk mendukung DIKSAT ini maka frekwensi 5G akan kita "LEPASKAN".
Memang frekwensi 5G ini menjadi "momok" bagi BUMN telekomunikasi kita apabila dilepaskan ke publik, namun cepat atau lambat hal ini harus kita lakukan untuk kepentingan nasional untuk yang lebih besar yakni untuk perceptan dan penetrasi mencapai pemerataan pendidikan dan untuk mencapai tujuan nasional pendidikan.
Selanjutnya dalam saat yang bersamaan melalui BUMN yang ada dan bekerjasama dengan Industri nasional kita kita juga akan memproduksi secara massal peralatan-peralatan pendukung seperti tower, access point dan tablet untuk dibagikan dan dipergunakan oleh pendidik dan peserta didik mulai jenjang SD/sederajat hingga SMA/SMK sederajat secara GRATIS.
Sembari menyelesaikan masalah AKSES, maka langkah selanjutnya, tentu meningkatkan kualitas Dosen dan Gurunya. LPTK harus mampu mencetak guru-guru abad 21 yang akan mengantarkan peserta didik untuk dapat beradaptasi, hidup dan berkompetisi di zamannya nanti. Untuk itu diperlukan upgrading kompetensi dosen-dosen yang ada.
Melalui berbagai Badan/Lembaga yang ada di Kemendikbud serta Organisasi dan Komunitas pendidikan yang ada kita akan bersama-sama untuk meningkatkan kompetensi gurunya, baik kompetensi spritual, kompetensi sosial, kompetensi profesional terlebih lagi kompetensi pedagogisnya.
Lebih lanjut Mandikbud menyatakan bahwa semua administrasi dan aturan-aturan yang menghambat inovasi dan tumbuh kembangnya kreatifitas guru akan kita babat habis, akan kita hapuskan. Dan kami sudah memiliki data yang cukup mengenai hal ini dan akan kita harmonisasikan segala peraturan yang ada sesegera mungkin, bahkan jika besok selesai langsung akan kita eksekusi. Peraturan itu dibuat untuk memudahkan para pendidik dalam melaksanakan tupoksinya, bukan untuk menghambat.
Khusus menyinggung masalah kendala pelaksanaan BDR dari sisi peserta didik dan orang tua, Mandikbud menyatakan bahwa hal itu wajar. Dalam waktu dekat kita juga akan membuat panduan dan pedoman bagi orang tua dengan bantuan guru di sekolah untuk melakukan pelatihan dan pendampingan.
Sebagian besar orang tua itu tidak memiliki kompetensi pedagogis karena tidak pernah mengenyam pendidikan di LPTK sehingga mereka harus diberikan pengetahuan dasar mengenai motedologi dasar dalam mengajar, orang tua juga mungkin tidak menguasai kompetensi profesional seorang guru sehingga wajar saja ketika mereka tidak menguasai konten, dan sangat wajar pula tatkala orang tua stress menangani dan mendampingi putra-putrinya belajar dirumah karena mereka juga tidak cukup memiliki kemampuan dalam memberikan motivasi. Ya, ini yang akan juga menjadi fokus kita bagaimana tri pusat pendidikan itu bisa segera terwujud, dimana sebagian besar waktu siswa memang berada dirumah.
Untuk itu, satuan pendidikan (sekolah) akan kita minta untuk melakukan analisis awal terhadap daya dukung peserta didik/orang tua dalam hal BDR ini, dan kita serahkan sepenuhnya dengan satuan pendidikan, karena mereka yang paling tau persis kondisi dilapangan. Namun kita akan support usaha-usaha tersebut secar maksimal dan all out.
Sebagai catatan terakhir, Mandikbud juga akan meminta kantor-kantor POS untuk siap mendukung program BDR ini melalui Kominfo, karena kantor-kantor POS yang tersedia di hampir disetiap kelurahan termasuk ekspedisi-ekspedisi lainnya untuk membantu mempercepat distribusi bahan ajar berupa handout tatkala pembelajaran elektronik (daring dan luring) tidak bisa dilakukan dengan PERANGKO DINAS yang dibiayai negara.
Kita akan menggunakan PERANGKO Dinas sehingga sekolah/guru dan siswa dapat memanfaatkan ini secara GRATIS sebagai bentuk feedback pembelajaran jarak jauh yang akan dilakukan oleh peserta didik dengan pihak guru/sekolah.
Mengenai pendanaan dan pembiayaan serta anggaran akan segera dibicarakan dengan kementerian keuangan dan dalam proses persetujuan pimpinan, tutup salah seorang Mandikbud (Masyarakat Pendidikan dan Kebudayaan) bapak Fathur Rachim dalam sesi dialog tertutup yang diselenggarakan oleh Himpunan Pendidik Penggerak 4.0 .
Mandikbud Fathur Rachim menegaskan hal tersebut akan menjadi program kerjanya tatkala menghadapi pendemi seperti saat sekarang ini jika dia dipercayakan memimpin Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dimasa depan.
Santai saja ya membacanya !😇
Wassalam,
Salam dari Ibu Kota Negara !
Fathur Rachim
Ketua Umum HIPPER 4.0 dan Founder AGTIFINDO
JANGAN Lupa baca juga tanggapan MANDIKBUD mengenai Sejarah dan Bias 4C di https://www.fathur.web.id/2020/06/bias-dari-sejarah-4c-critical-thinking.html